Rabu, 21 Desember 2011

ZERO

Membaca salah satu tulisan mas J (Jaya Setiabudi) di blognya http://jayayea.wordpress.com/2010/09/18/zero/ jadi teringat jawaban Nabi Muhammad SAW ketika ditanya oleh istri beliau Siti Aisyah kenapa beliau tetap beribadah dengan tekun bahkan sampai bercucuran air mata dan kakinya bengkak, bukankah Allah telah menjamin surga untuk beliau? Beliau hanya menjawab: tidak bolehkah aku bersyukur?

Maaf kalau hadis di atas tidak persis sama dengan seharusnya karena itulah yang ada di dalam ingatan saya. Tapi intinya adalah seperti di tulisan mas J, ,”Kenapa sih kita masih berharap lebih atas apa yang telah Allah berikan kepada kita?” Bukannya ‘harapan-harapan’ itu membuktikan rasa ‘tidak syukur’ kita atas apa yang telah kita dapatkan? Kenapa tidak, apa yang kita lakukan atau akan lakukan adalah sebagai wujud syukur kita kepada Allah? Jika demikian pemikiran kita, maka ‘harapan’ akan hasil itu tidak diperlukan lagi"

Tentang harapan ini masih nyambung dengan tulisan di bagian lain yaitu "Penyakit itu bernama Berharap"

Berharap dia berubah, ternyata tidak.
Berharap dia seperti yang dulu, ternyata berubah.
Berharap dia mencintaiku.
Berharap dia membalas kebaikanku.
Berharap dia mengerti isi hatiku.
Berharap dia kembali padaku.
Berharap dia selalu bersamaku.
Berharap dia seperti aku…
Berharap sedekahku berbalas instan.
Berharap budiku berbalas susu.
Berharap amalku mendatangkan rejeki.
Berharap ikhtiarku berbuah kaya.

BERHARAP memang memberikan MOTIVASI, selebihnya KEKECEWAAN…
Seperti air yang mengalir, menerima apa yang terjadi,
menetralisir sampah, kencing dan tahi…
Tidak berharap batu berpindah, namun melewati dengan senyum, sembari memeluknya…
Karena air tahu, tak ada yang abadi, hanya sebentar dilewati

Ya Allah...berikanlah hambamu ini kekuatan dan kesabaran untuk menjadi muslim sejati..total surrender!!

Jumat, 09 Desember 2011

TDA Bali

Sudah lama sebenarnya saya mengenal TDA (Tangan Di Atas) tapi cuma dari webnya dan twitter aja. Sejak tahu misi dan visinya saya sangat tertarik untuk ikut tapi sayangnya di Bali belum ada padahal di kota-kota besar lain sudah berdiri.

Untungnya sekitar sebulan yang lalu, berawal dari tweetnya @iwanagustian yg merupakan salah satu pengurus TDA Pusat saya bertanya apa sudah ada TDA Bali. Saya sebenarnya tidak berharap dijawab karena tahu pasti  dia banyak banget mentionnya. Tapi ternyata dijawab dengan segera dan isinya memberi tahu kalau di Bali belum ada. Dia malah mempersilahkan untuk mengkoordinasi kalau mau dibentuk. Dibantu oleh Pak Iwan RT kalau ada yg mau gabung atau membuat TDA Bali saya akhirnya kenalan dengan Mas Fajar. Kenalannya ya di twitter juga yang disambung ketemuan di tempatnya. Akhirnya kita sepakat untuk membuat suatu komunitas yang kalau bisa menjadi TDA Bali.

Singkat cerita, setelah beberapa kali kontak lewat email sama Mas Iwan, kita disarankan untuk membentuk formatur pengurus yang nantinya akan dibantu untuk submit ke pusat. Tapi sayang karena saya sibuk jadi tidak bisa ketemu dan diskusi lagi dengan mas Fajar.

Tak disangka, Mas Iwan ada acara seminar di Bali dan mengundang kita untuk ketemu. Wah, kami berdua senang bukan main. Akhirnya kami bertemu tanggal 8 Desember lalu. Total kami bertemu berlima, saya, Mas Fajar, Mas Eko dan Mas Hendra (yg baru saya kenal malam itu juga) dan Kresna (yg baru kenalan sore itu juga dari twitter dan langsung janjian ketemu).

Setelah ketemu dan ngobrol sama mas Iwan, akhirnya kami memberanikan diri membentuk formatur TDA Bali saat itu juga. Dan Alhamdulillah, akhirnya kami sepakat dan resmi bikin TDA Bali dengan formatur:
Ketua : Mas Fajar
Wakil : Saya
Sekretaris: Mas Kresna
Bendahara I : Mas Eko
Bendahara II: Mas Hendra

Kami tidak mengira prosesnya sedemikian cepat dan semoga apa yang kita mulai ini akan sangat berguna bagai kami dan bagi teman-teman lain yang sama-sama ingin belajar untuk berbisnis.